Pernahkah Bapak/Ibu guru merasakan tantangan baru di era digital ini?
Siswa kini memiliki rentang fokus yang semakin pendek. Materi yang panjang atau ceramah berjam-jam sering membuat mereka cepat jenuh, sulit menyerap pembelajaran, bahkan sebelum pelajaran berakhir. Akibatnya semangat belajar dan motivasinya pun menurun akibat mudah teralihkan oleh hal-hal di sekitar.
Lalu, bagaimana jika ada cara untuk mengatasi hal ini? Bagaimana jika Bapak/Ibu guru dapat menyajikan materi dengan lebih menarik, ringkas, dan mudah dipahami? Bayangkan sebuah metode yang bisa diselipkan di sela-sela pelajaran, hanya dalam hitungan menit, namun tetap memberi dampak besar pada pemahaman siswa.
Itulah dia Microlearning: sebuah strategi pembelajaran yang dirancang khusus untuk menjawab tantangan tersebut. Dengan prinsip sederhananya yaitu “Satu Konsep, Satu Konten”, Microlearning membantu Bapak/Ibu guru menyajikan materi secara ringkas, praktis, dan efektif untuk siswa.
Lalu, bagaimana cara menerapkannya di kelas? Mari kita lihat lebih jauh bagaimana Microlearning bisa menjadi solusi nyata bagi Bapak/Ibu guru dalam menciptakan pembelajaran yang lebih interaktif dan bermakna bagi siswa.
Apa Itu Microlearning?
Microlearning adalah strategi pembelajaran yang berfokus pada penyampaian materi dalam porsi kecil, terarah, dan mudah dicerna oleh siswa. Prinsip utamanya adalah “Satu Konsep, Satu Konten”. Jadi, daripada memberikan materi yang panjang dan padat, Bapak/Ibu guru dapat memecahnya menjadi modul-modul singkat.
Menurut Hug (2005), microlearning pada dasarnya lahir dari kebutuhan belajar di era digital yang serba cepat dan terhubung, sehingga informasi lebih efektif disajikan dalam potongan kecil. Sementara itu, Buchem & Hamelmann (2010) menekankan bahwa microlearning sangat cocok digunakan sebagai strategi pengembangan berkelanjutan, karena fleksibel dan mudah diintegrasikan ke dalam rutinitas sehari-hari.
Tujuannya sederhananya : agar siswa bisa menyerap informasi penting tanpa merasa terbebani. Setiap potongan materi dirancang untuk menyampaikan satu ide atau keterampilan inti, dengan durasi singkat—misalnya 3 sampai 5 menit.
Contoh penerapannya antara lain:
- Video singkat berisi penjelasan satu konsep pelajaran, misalnya cara menyelesaikan soal pecahan. Video ini sebaiknya juga diunggah ke grup WhatsApp kelas, sehingga siswa dapat menontonnya kembali, dan orang tua pun bisa ikut membantu mengingatkan anaknya untuk belajar.
- Ringkasan visual yang menampilkan langkah-langkah penting dalam sebuah proses, misalnya membuat peta konsep. Sederhananya, bisa berupa urutan kegiatan sehari-hari, seperti adab bangun tidur hingga bersiap berangkat ke sekolah, sehingga siswa mudah memahami dan menirunya.
- Kuis mini berisi 3–5 pertanyaan untuk menguji pemahaman setelah belajar.
- Catatan ringkas satu halaman tentang topik tertentu agar siswa lebih mudah mengingat inti pelajaran. Catatan ini bisa ditulis sendiri atau diprint dan dibagikan ke siswa.
- Audio atau podcast pendek yang bisa didengarkan ulang kapan saja, misalnya penjelasan singkat tentang tokoh sejarah. Rekaman ini dapat diunggah di media sosial sekolah atau grup WhatsApp kelas.
Dengan cara ini, siswa dapat memahami materi sedikit demi sedikit, tanpa merasa kewalahan, sekaligus langsung menerapkannya. Pada akhirnya, microlearning membantu Bapak/Ibu guru menyajikan materi secara efektif, menjaga fokus siswa, dan membuat proses belajar terasa lebih ringan serta menyenangkan.
Mengapa Microlearning Begitu Fleksibel?
Microlearning begitu fleksibel karena dirancang untuk menyesuaikan diri dengan cara kita hidup dan belajar di era digital yang serba cepat dan terhubung. Fleksibilitas ini menjadikannya alat yang sangat efektif bagi Bapak/Ibu guru di kelas.
Berikut adalah alasan utamanya:
Waktu yang Singkat
Tidak seperti sesi pembelajaran tradisional yang memakan waktu berjam-jam, setiap modul microlearning hanya butuh beberapa menit. Ini membuat materi mudah diselipkan ke dalam jadwal yang padat, baik sebagai pengantar sebelum pelajaran, sebagai pengisi waktu 5 menit di tengah kelas, atau sebagai tugas rumah yang tidak membebani.
Beragam Format
Microlearning tidak terikat pada satu bentuk penyampaian. Bapak/Ibu guru bisa memilih format yang paling cocok untuk materi dan gaya belajar siswa. Apakah itu video singkat, infografis, kuis interaktif, atau podcast pendek, semuanya bisa menjadi media microlearning. Keragaman ini membuat pembelajaran tidak monoton.
Akses yang Mudah
Karena kontennya digital dan ringan, siswa bisa mengaksesnya dari perangkat apa pun baik ponsel, tablet, atau laptop. Mereka bisa belajar kapan saja dan di mana saja, seperti saat menunggu dijemput, di perjalanan pulang, atau saat bersantai di rumah. Ini memberikan kendali penuh pada siswa untuk menentukan waktu belajarnya sendiri.
Integrasi yang Mudah
Microlearning tidak harus menggantikan kurikulum yang sudah ada, melainkan bisa melengkapinya. Bapak/Ibu guru dapat dengan mudah mengintegrasikan modul-modul ini sebagai alat bantu untuk memperkuat pemahaman, mengulang materi, atau bahkan
Contoh Penerapan Microlearning Dalam Pembelajaran?
1. Matematika
Fokus pada pemahaman satu rumus atau langkah-langkah penyelesaian masalah.
- Video Tutorial Singkat: Buat video animasi berdurasi 2-3 menit yang hanya menjelaskan satu konsep, misalnya “Cara Menghitung Luas Persegi”. Vidionya masukan dalam grub whatsap kelas dan sampaikan agar di pelajari untuk pembelajaran di hari berikutnya.
- Kuis Kilat: Berikan kuis interaktif yang terdiri dari 3-5 pertanyaan untuk menguji pemahaman siswa setelah materi disampaikan.
- Buatlah sebuah infografis sederhana berisi kumpulan rumus penting untuk satu bab pelajaran. Infografis ini bisa dicetak menjadi catatan kecil agar siswa lebih mudah mempelajarinya kapan saja. Setelah dibagikan, bapak/ibu guru dapat menambahkan 1–2 soal latihan untuk setiap rumus sebagai pekerjaan rumah. Dengan begitu, orang tua juga bisa ikut mendampingi anaknya belajar di rumah.
2. Seni Rupa
Fokus pada pengenalan teknik, aliran seni, dan apresiasi karya.
- Video Teknik Dasar: Buat video singkat berdurasi 1-2 menit yang mendemonstrasikan satu teknik, seperti “Cara Mencampur Warna Primer” atau “Teknik Mengarsir dengan Pensil”. Vidionya masukan dalam grub whatsap kelas dan sampaikan agar di pelajari untuk pembelajaran di hari berikutnya.
- Infografis Aliran Seni: Sajikan infografis sederhana yang membandingkan dua aliran seni, misalnya Ekspresionisme vs. Impresionisme, dengan contoh karya dan karakteristik utamanya.
- Apresiasi Karya Harian: Tampilkan satu karya seni terkenal (misalnya, Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh) setiap hari, dengan penjelasan singkat (maksimal 3-4 kalimat) mengenai makna atau teknik yang digunakan.
3. IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial)
Fokus pada pemahaman konsep, proses, atau fenomena alam dan sosial.
- Video Animasi Proses Alam: Gunakan video animasi berdurasi 3-5 menit untuk menjelaskan satu proses alam yang kompleks, seperti “Siklus Air” atau “Fotosintesis”.
- Infografis Tahapan: Buat infografis visual yang merangkum tahapan-tahapan dari sebuah proses sosial, misalnya “Tahap-tahap Penanaman Padi” atau “Proses Pembuatan Kertas”.
- Kuis Singkat Konsep: Berikan kuis yang hanya berisi 3-4 pertanyaan untuk menguji pemahaman konsep seperti “Apa saja tiga wujud zat?” atau “Mengapa kita harus menghemat energi?”.
Penutup
Microlearning merupakan strategi pembelajaran yang relevan dan efektif dalam menghadapi tantangan derasnya arus informasi serta keterbatasan rentang perhatian di era digital. Melalui penyajian materi dalam porsi kecil, mudah diakses, serta dikemas dalam berbagai format, microlearning tidak hanya membantu siswa memahami konsep secara lebih mendalam, tetapi juga mendukung Bapak/Ibu guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang dinamis, adaptif, dan responsif terhadap kebutuhan siswa.
Oleh karena itu, sudah saatnya Bapak/Ibu guru mulai memanfaatkan potensi microlearning sebagai bagian dari inovasi pembelajaran. Dengan pendekatan ini, setiap menit di kelas dapat dimaksimalkan sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna, sekaligus membimbing siswa menuju pemahaman yang berkelanjutan.
Referensi :
Hug, T. (2005). Microlearning: Emerging concepts, practices and technologies after e-learning. Proceedings of Microlearning Conference. Innsbruck University Press.
Buchem, I., & Hamelmann, H. (2010). Microlearning: A strategy for ongoing professional development. eLearning Papers, 21, 1–15.